Tantangan Daya Beli Kelas Menengah di Pertengahan Tahun 2025

Kondisi ekonomi Indonesia pada periode Juni hingga Agustus 2025 mencerminkan dinamika kompleks yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Pertumbuhan ekonomi yang melambat, tekanan daya beli masyarakat yang meningkat, dan perubahan pola konsumsi menuntut respons kebijakan yang komprehensif untuk menjaga stabilitas dan mendorong pemulihan ekonomi berkelanjutan.

Kondisi Umum Perekonomian Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025 mencatat pertumbuhan sebesar 4,87% (year-on-year), menunjukkan perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,11%. Perlambatan ini terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut, dengan berbagai negara mitra dagang utama mengalami tekanan ekonomi yang signifikan.

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan membaik pada semester kedua 2025, dengan target pertumbuhan keseluruhan tahun berada dalam kisaran 4,6-5,4%. Optimisme ini didukung oleh berbagai faktor, termasuk kinerja ekspor yang solid dan implementasi stimulus fiskal pemerintah yang diharapkan memberikan dampak positif pada kuartal kedua dan seterusnya.

Dari sisi inflasi, kondisi tetap terkendali dengan inflasi Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% (year-on-year), masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia 2,5±1%. Inflasi bulanan Juni mencapai 0,19%, menunjukkan tekanan harga yang relatif moderat meskipun terdapat kenaikan pada beberapa komoditas tertentu seperti beras, cabai rawit, dan bawang merah.

Kebijakan Moneter dan Fiskal

Bank Indonesia telah mengambil langkah stimulus dengan menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% pada Juli 2025. Keputusan ini diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sambil tetap menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar Rupiah. Pemerintah juga meluncurkan paket stimulus ekonomi senilai Rp24,44 triliun yang mencakup berbagai insentif transportasi, diskon tol, bantuan sosial, dan subsidi upah.

Program stimulus pemerintah berfokus pada peningkatan daya beli masyarakat melalui berbagai skema bantuan. Ini termasuk bantuan pangan berupa beras 10 kilogram per bulan untuk 16 juta keluarga, diskon tarif listrik 50% untuk rumah tangga berdaya hingga 2.200 VA, dan berbagai insentif pajak untuk sektor industri padat karya.

Analisis Daya Beli Masyarakat

Kondisi Kelas Ekonomi Berbeda

Daya beli masyarakat Indonesia mengalami tekanan yang bervariasi across different economic segments. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa daya beli masyarakat masih terjaga, tercermin dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang relatif stabil di kisaran 4,9-5%[9]. Namun, analisis lebih mendalam menunjukkan disparitas signifikan antar kelas ekonomi.

Kelas Menengah Bawah (Aspiring Middle Class) mengalami tekanan paling berat. Riset menunjukkan bahwa 67% dari kelompok ini melaporkan penurunan daya beli dalam tiga tahun terakhir. Faktor utama yang mempengaruhi adalah kenaikan harga kebutuhan pokok (85% responden), biaya pendidikan dan kesehatan yang meningkat (52%), serta pendapatan yang stagnan (45%).

Kelas Menengah juga mengalami tekanan, dengan 47% melaporkan penurunan daya beli. Kelompok ini terpaksa memprioritaskan kebutuhan dasar dan memangkas pengeluaran untuk hiburan, perjalanan, dan barang mewah. Renovasi rumah, perawatan kecantikan premium, dan produk makanan premium menjadi kategori yang paling banyak dipangkas.

Kelas Atas relatif tidak terdampak dan bahkan mengalami pemulihan daya beli yang lebih cepat dibandingkan sebelum pandemi. Kelompok ini tetap memiliki kemampuan konsumsi yang kuat untuk berbagai kategori barang dan jasa.

Indikator Penurunan Daya Beli

Beberapa indikator menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat. Indeks Penjualan Riil (IPR) Bank Indonesia hanya tumbuh 5,5% pada Maret 2025, lebih rendah dari 9,3% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga turun menjadi 121,1 pada Maret 2025 dari 126,4 pada bulan sebelumnya.

Data menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ketujuh dunia untuk negara dengan indeks daya beli terendah dengan skor 34,1 menurut Numbeo. Hal ini mencerminkan bahwa rata-rata penduduk Indonesia hanya mampu membeli barang dan jasa senilai sekitar 66% dibandingkan rata-rata penduduk New York sebagai basis perbandingan.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) tercatat 4,76% pada Februari 2025, meskipun turun dari 4,82% tahun sebelumnya, jumlah penganggur absolut meningkat menjadi 7,28 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbaikan relatif, tekanan pada pasar tenaga kerja masih signifikan.

Preferensi dan Pola Konsumsi Masyarakat

Pergeseran Prioritas Konsumsi

Pola konsumsi masyarakat Indonesia mengalami perubahan signifikan sebagai respons terhadap tekanan ekonomi. Masyarakat kini lebih selektif dan memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan pokok seperti makanan, sementara sektor properti dan barang tahan lama mengalami penurunan tajam.

Konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama 2025 tumbuh 4,89%, didorong terutama oleh subkomponen transportasi dan komunikasi (6,18%) serta restoran dan hotel (6,06%). Namun, konsumsi pakaian dan alas kaki mengalami perlambatan menjadi 3,48%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tetap mengutamakan mobilitas dan konsumsi makanan di luar rumah, namun mengurangi pengeluaran untuk barang fashion.

Transformasi Digital dalam Konsumsi

Digitalisasi konsumsi terus mengalami akselerasi. Laporan menunjukkan bahwa 80% konsumen Indonesia lebih memilih berbelanja online dibandingkan offline. Platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop mendominasi pasar dengan berbagai program promosi dan kemudahan pembayaran.

Penetrasi internet telah mencapai lebih dari 220 juta pengguna atau sekitar 80% dari total populasi. Rata-rata waktu penggunaan internet mencapai 8 jam 30 menit per hari, dengan 96% akses melalui perangkat mobile. TikTok menjadi platform dengan waktu penggunaan tertinggi, yaitu 45 jam per bulan untuk pengguna Indonesia.

Dompet digital dan pembayaran non-tunai semakin diadopsi luas. Data menunjukkan bahwa 37,9% konsumen kini menggunakan layanan Buy Now, Pay Later (BNPL), sementara pinjaman digital tumbuh 27% dibandingkan tahun 2023. Hal ini mencerminkan pergeseran perilaku finansial masyarakat yang semakin bergantung pada teknologi finansial.

Perubahan Preferensi Produk

Dalam kategori makanan dan minuman, masyarakat Indonesia menunjukkan preferensi yang konsisten terhadap kopi susu instan, dengan 1 dari 2 orang rutin mengonsumsinya. Ini menunjukkan bahwa konsumen lebih memilih produk yang praktis dan mudah diakses dibandingkan meracik sendiri.

Sektor makanan menjadi satu-satunya kategori yang masih mencatatkan pertumbuhan positif dalam penjualan riil, sementara kategori lain seperti peralatan informasi dan komunikasi, perlengkapan rumah tangga, dan barang budaya rekreasi mengalami penurunan[18]. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat benar-benar memfokuskan pengeluaran pada kebutuhan esensial.

Solusi Strategis Peningkatan Pendapatan

Program Pemerintah Jangka Pendek

Pemerintah telah mengimplementasikan berbagai program stimulus untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Program Makan Bergizi Gratis menargetkan 82,9 juta penerima manfaat, sementara program Koperasi Desa Merah Putih ditujukan untuk memperkuat perekonomian desa. Pembangunan Sekolah Rakyat dan Sekolah Unggul juga menjadi fokus untuk meningkatkan kualitas pendidikan sebagai investasi jangka panjang.

Untuk sektor UMKM, pemerintah memperpanjang tarif PPh final 0,5% dari omzet hingga tahun 2025 dan membebaskan PPh bagi UMKM dengan omzet di bawah Rp500 juta per tahun. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga diperluas dengan berbagai skema pembayaran yang lebih fleksibel.

Digitalisasi dan Pemberdayaan UMKM

Program digitalisasi UMKM menjadi prioritas utama dengan target 50 juta UMKM terdigitalisasi. Pemerintah meluncurkan program “Go Digital” yang mencakup pelatihan e-commerce, pemasaran digital, dan penggunaan alat digital untuk operasional bisnis. Platform marketplace khusus UMKM juga dikembangkan untuk memberikan akses pasar yang lebih luas.

Kemitraan antara usaha besar dan UMKM difasilitasi melalui sistem Online Single Submission (OSS) Berbasis Risiko. Sejak Februari hingga Desember 2022, tercatat komitmen kesepakatan kerja sama antara 235 pengusaha PMDN dan 421 UMKM dengan nilai total Rp4,46 triliun. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan akses pasar bagi UMKM.

Program Upskilling dan Reskilling

Pemerintah menggalakkan program pelatihan upskilling dan reskilling untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. Program ini mencakup berbagai sektor mulai dari pertanian, bisnis, pariwisata, hingga teknologi informasi. Target peserta mencapai ratusan ribu orang dengan fokus pada keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri 4.0.

Program Kartu Prakerja juga terus dilanjutkan sebagai bentuk pelatihan dan bantuan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Program ini tidak hanya membantu perekonomian tetapi juga mempersiapkan peserta untuk memasuki pasar tenaga kerja dengan keterampilan yang lebih baik.

Pengembangan Ekonomi Digital

Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital 2023-2030 menetapkan target kontribusi ekonomi digital mencapai 20% terhadap PDB pada 2045. Program ini mencakup enam pilar utama: infrastruktur, sumber daya manusia, iklim usaha dan keamanan siber, riset dan inovasi, pendanaan dan investasi, serta kebijakan dan regulasi.

Ekosistem startup Indonesia terus dikembangkan melalui berbagai program inkubasi dan akselerasi. Program Semesta AI diluncurkan untuk mendukung startup berbasis kecerdasan buatan. Meskipun menghadapi tantangan dengan penurunan pendanaan sekitar 30% pada kuartal kedua 2025, fokus telah bergeser dari valuasi tinggi ke profitabilitas dan keberlanjutan model bisnis.

Solusi Jangka Panjang

Untuk jangka panjang, pemerintah menetapkan strategi delapan pilar pertumbuhan ekonomi menuju target 8% pada 2029. Strategi ini mencakup transformasi digital, peningkatan produktivitas pertanian, industrialisasi (hilirisasi), ekonomi biru dan hijau, pariwisata dan ekonomi kreatif, perkotaan sebagai pusat pertumbuhan, investasi, dan optimalisasi belanja negara untuk produktivitas.

Hilirisasi telah menunjukkan hasil positif, seperti produk nikel yang diekspor hingga USD33,52 miliar pada 2023, meningkat 745% dibandingkan 2017. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) juga berhasil menghimpun investasi hingga Rp 82,6 triliun dan menyerap 42.930 tenaga kerja pada 2024.

Kesimpulan

Kondisi ekonomi Indonesia pada periode Juni-Agustus 2025 mencerminkan tantangan kompleks yang memerlukan respons kebijakan yang komprehensif dan terkoordinasi. Meskipun indikator makroekonomi seperti inflasi dan pertumbuhan masih dalam batas yang dapat dikelola, tekanan pada daya beli masyarakat, terutama kelas menengah bawah, memerlukan perhatian serius.

Pergeseran pola konsumsi menuju digitalisasi dan fokus pada kebutuhan esensial menunjukkan adaptasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang menantang. Namun, hal ini juga membuka peluang untuk transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi digital dan penguatan ekosistem UMKM.

Solusi jangka pendek melalui stimulus fiskal dan bantuan sosial perlu diimbangi dengan investasi jangka panjang dalam sumber daya manusia, infrastruktur digital, dan penguatan daya saing industri. Kemitraan strategis antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat akan menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan ekonomi dan membangun fondasi pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

Keberhasilan implementasi berbagai program ini akan sangat bergantung pada koordinasi lintas sektor, monitoring dan evaluasi yang ketat, serta adaptabilitas terhadap perubahan kondisi global. Selain itu, kemandirian visi dan politik global akan menentukan seperti apa bangsa ini ke depan dan bagaimana menghadapi dan meletakkan posisi bangsa-bangsa lainnya di hadapan negosiasi ekonomi.

by perplexity